Jika berburu kata yang tepat selalu lama dan menyusah kan sehingga sayang sekali bila dibayar kurang, maka kegiatan ini bisa dijadikan salah satu kesenangan profesional terbesar penerjemah. Membaca buku dan artikel yang bia sanya belum pernah dibaca, mempelajari hal-hal yang bia sanya belum pernah dipelajari, mengobrol lewat telepon dengan orang lain tentang bidang keahliannya. Tentu saja semua ini bisa menjadi pekerjaan yang membosankan, tetapi bisa juga membangkitkan gairah dan bermanfaat se cara emosional dan intelektual. Wajar saja bila penerjemah yang mendapatkan kesenangan dalam perburuan yang dibayar kurang ini, tidak terlalu lelah dalam bekerja di bandingkan penerjemah yang membencinya dan mela kukannya hanya karena mengerti etika atau kewajiban profesional. Pekerjaan yang tidak menyenangkan cepat sekali menjadi pengekang.
Sisi lain dari proses ini, perburuan kata yang
tepat biasanya sedemikian bersemangat sehingga untuk selan jutnya kata yang
tepat itu menjadi mudah diingat. "Solusi" untuk permasalahan
penerjemah tersebut terpancang de ngan mudah dalam ingatannya dan bisa cepat
diingat kembali pada penggunaan selanjutnya. Bagi banyak pe nerjemah, perangkat
lunak memori-penerjemahan menja lankan fungsi serupa. Perangkat tersebut tidak
hanya "mengingat" kata yang telah digunakan penerjemah di waktu lalu,
tetapi juga konteks tempat si penerjemah mem pergunakan kata-kata itu. Tetapi
karena perangkat lunak sangat membutuhkan sentuhan jari pada keyboard (key-stroke) atau mouse-click, kebanyakan penerjemah meng gunakannya terutama untuk
salinan data (backup), khu susnya dengan mengandalkan ingatan sarafnya sendiri
untuk sebagian besar kata dan frasa.
Dengan kata lain, "kata baru" yang pencariannya begitu lama sehingga tampaknya "mencuri" atau "membuang" waktu dan uang penerjemah itu disalurkan kembali untuk penggunaan selanjutnya. Manakala digunakan pada penerjemahan berikutnya, kecepatan relatif penerjemah dalam mengingat mulai mendapatkan kembali waktu dan uang yang tampaknya sudah dihambur-hamburkan tadi. Memang, faktor yang paling banyak mendukung kecepatan dan akurasi penerjemah profesional bukan hanya mengambil (internalization) dan menyalurkan kembali (sublimation) kata, tetapi juga beberapa "pola pemindahan" linguistik - jalur lama dari satu bahasa ke bahasa lain yang telah berkali-kali dilewati penerjemah, sampai sampai bisa dilakukan sembari berbicara dengan teman di telepon, merencanakan menumakan malam, atau mengkhawatirkan krisis keuangan. Sekilas melihat sintak sis teks-sumber, dan jari-jemari si penerjemah pun menari nari di atas keyboard, seakan-akan digerakkan oleh suatu macro.
Dalam pengertian tertentu, memang demikianlah
ke adaannya. Bagaimanapun, cara kerja otak tidak seperti komputer. Otak jauh
lebih rumit, lebih elastis, fleksibel, lebih kreatif, dan dalam beberapa hal
lebih lambat. Namun, dalam pengertian ini, di dalam otak terjadi aktivitas ber
ulang-ulang yang dihubungkan dengan mudah menjadi jaringan saraf yang melakukan
banyak sekali tugas seperti sebuah computer macro, mengontrol keystroke atau
lang kah lain dengan urutan yang relatif tetap dan amat cepat. Oleh karena itu,
penerjemah pemula bisa menghabiskan waktu dua atau tiga jam untuk menerjemahkan
teks 300 kata, sedangkan penerjemah profesional hanya memerlukan waktu dua
puluh sampai tiga puluh menit. Pembaca yang suka membeda-bedakan akan menemukan
dua pu luh kesalahan besar pada terjemahan penerjemah pemula, dan satu kata
atau frasa yang agak meragukan pada versi penerjemah profesional. Sebenarnya
latihan tidaklah menyempurnakan, tetapi sangat meningkatkan kecepatan dan
reliabilitas.
Tetapi bagaimana dengan proses induksi yang
mengambil pola pemindahan ini? Apa yang sedang dialami penerjemah, dan
bagaimana pengalaman itu bisa ditingkat kan?
Secara linguistik, penerjemah sedang mengalami
transformasi semantik dan sintaksis- atau lebih sederhananya, mengalami
perubahan bentuk kata dan urutan kata. Kata dan urutan kata muncul pada teks
sumber dan harus "diseberangkan" (trans-latum) atau "diarahkan"
(transductum) ke dalam bahasa sasaran. Dalam proses tersebut, kata dan urutan
kata mengalami perubahan besar yang mula-mula dirasakan bagai metamorfosis
keaneka ragaman yang tak terbatas, sehingga ketidakterbatasan itu tidak bisa
disederhanakan menjadi pola-pola. Setiap kata dan urutan kata harus dipelajari
terpisah, dikaji, dire nungkan, dipertimbangkan dan diuji, ditinjau dan diselidiki. Semakin sering proses ini dijalani, proses transformasi menjadi
semakin lazim. Secara berangsur, kata dan urutan kata membentuk pola-pola, dan
lambat-laun, penerjemahan menjadi semakin mudah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar